Rabu, 21 April 2010

Nucturno


Masih terdiam di sudut tempat itu..
Lalu lalang, bagai lalu lintas manusia..

Tak banyak kata, hanya sebuah novel Remy Ferdinand di pangkuan..
Mata tak beranjak dari susunan huruf-huruf alpabeth yang tersusun rapi membentuk sekumpulan kalimat..
Nafas, berderu.. Tangis menetes..
Membuat aku menjadi hampa diruang raung tempat itu..

Lokomotif itu masuk, memimpin serombongan gerbong marun itu..
Suaranya hampir tak terdengar karena jiwa sedang lepas jauh dari raga.. Masuk ke dalam dunia Remy Ferdinand, dunia khayalnya.. dunia nyataku..

Pintu terbuka dan sosok manusia berada di seberang..
Tak sadar menuntunku masuk..

LUNA! aku mengidentifikasi diriku dengan kain yang menempel di tubuhku..
Masih bersanding bersama namanya, tepat di dada..

Sesosok berdiri tegap dan masuk dengan perlahan, membuatku terdiam sejenak sebelum akhirnya tangga itu menuntunku ke dalam..
Kupilih sebuah ruang kosong..
Sebuah ruang yang akan sesak juka diisi lebih dari 2 jiwa..

Memasuki ruang kosong itu, sambil Remy Ferdinand tersenyum sesuai dengan gambar novel itu..

Kembali masuk ke dalam dunia Remy Ferdinand..
Dan kurasa jiwa lain memperhatikan duniaku..
Mengusik! Usik terusik, gerah mengerah..
Tak biasa dan tak nyaman...

Duniaku terbelah..
Remy Ferdinand memintaku tuk menoleh, sesuai dengan berakhirnya bab dalam tulisanya..

Bulan seperti ingin menunjukkan rupanya saat itu..

Namun tak ingin aku menyalahi takdirku.. Bulan hanya dapat menyinari saat gelap..
Dan terangnya menjadi sia ketika melawan takdir, bahwa matahari yang dapat menyentuh dunia ketika siang datang..
Aku bulan, aku malam..

Dan ku setia pada malam..

Luna dan Nucturno, begitulah Remy Ferdinand memberiku nama..


Kedai 24..
Rabu, 20 April 2010
22.06

0 comments: