Rabu, 01 September 2010

Cita dan Tujuan


Saya ingin memelukmu saat ini..
Saya ingin menciummu saat ini..
Saya ingin melihatmu saat ini..
Saya ingin tertawa bersamamu saat ini..

Namun saya tidak ingin hanya untuk saat ini..
Saat ini, akan segera berubah menjadi waktu lalu..
Saya ingin saat ini terus terjaga hingga masa dimana saat ini akan kembali terucap..
Saya mencintai saat ini..

Bukan untuk saat ini..
Tapi untuk saat ini, dan saat yang akan datang..
Bukan untuk masa kini..
Tapi untuk masa kini, dan masa yang akan datang..

Saya ingin memelukmu di masa yang akan datang..
Saya ingin menciummu di masa yang akan datang..
Saya ingin melihatmu di masa yang akan datang..
Saya ingin tertawa bersamamu di masa yang akan datang..

Masa itu akan datang, untuk saya dan anda..
Masa kini kita berdua adalah cita dan tujuan saya dan anda..
Saya selalu suka mempunyai anda, sebagai tujuan masa depan saya..
Karena anda, saya mempunyai masa yang akan datang..


wardhana
2 September 2010
1.30

"..disaat aku harus jenuh dengan tugas kuliah, aku bersajak untukmu.."

Senin, 26 April 2010

Tangisan Polikromatik


Hidup adalah sebuah fenomena, dimana selalu saja akan menjadi sebuah hal yang mungkin akan terus diingat bukan hanya sekilas berlalu..

Matahari sebuah bintang yang paling besar, memancarkan sinarnya sendiri dan memberi kehangatan serta cahaya untuk dunia..

Begitu hebatnya bintang yang terbesar dari sebuah galaksi ini, galaksi yang aku tinggali dan planet tempat aku harus terdiam di depan setumpuk pekerjaan dan tugas yang belum dapat diselesaikan satu persatu.. Otakku tak bisa berkolaborasi baik dengan seluruh bagian tubuh yang lain, rasanya aku hampir meledak..

Pekerjaan itu justru menumpuk, semakin aku membuang per detik dari hidupku.. Bukan aku tak mau mengerjakan mereka, namun aku hanya tak tahu harus memulai menyelesaikan yang mana..


Sinar itu datang, matahari bersinar dan tertawa sangat lebar hari itu.. Sementara hatiku semakin kelabu, dan menjadi abu-abu.. Bersiap hujan..


Aku menatap matahari, aku melihat tawa lebarnya.. Aku terdiam menatapnya, aku tak ingin melawannya.. Dia bintang paling besar dalam galaksi ini.. Ruang hidupku..


Cahaya itu menghancurkan pertahananku, HUJAN! Akhirnya hujan, walau matahari tetap tersenyum lebar.. Aku bukan seorang perajut hujan, aku hanya menatap matahari dengan seluruh gelisah dalam diri..

Hujan ini tetap dapat menandingi cahaya itu..
Hujan, kau hanya membuatku segar, pikirku.. Kau hanya melegakan sedikit perasaan bersalahku.. Kau tetap tak dapat melawan bintang terbesar itu.. Cahayanya adalah sumber energi seluruh jagat galaksi ini.. Ruang hidupku..

Reda.. Hujan reda.. Aku masih tak beranjak.. Aku memandang matahari..
Aku iri.. Aku marah.. Matahari mempunyai dua belas jam untuk galaksi ini.. Ruang hidupku.. Dan saat itu, matahari sangat menertawakanku.. Aku mendengarnya.. Aku merasakannya..

"Mana sinar terbaikmu? Keluarkan!", aku berteriak menantangnya..
"Aku tak akan melepaskan mataku darimu, aku tak takut dengan cahayamu, meski aku harus kehilangan kepekaan retina dan rona mataku!", aku merajuk..


Tetesan air hujan masih terus menetes perlahan, cahaya itu.. Sebuah spektrum terbentuk, cahaya polikromatik itu terbiaskan oleh tetesan air hujan..


Matahari benar-benar mengungguliku saat itu.. Mataku terus memandang dia.. Terus memandang matahari yang merajut sebuah spektrum warna raksasa..


Aku menjatuhkan diriku, melemahkan kakiku..
Bertumpu pada lutut yang tak lagi sempurna ini.. Tetap memandang matahari, dan dia terus memancarkan cahaya..

"Itu tak akan lama! Ini hanya sementara..", aku mengeja pelan dalam hati..


Aku menciptakan hujan, aku menciptakan pelangi. Bukan matahari..

Aku mungkin tak akan memberimu sebuah hujan lagi, agar kau tak dapat memberikan spektrum polikromatik itu kembali pada galaksiku.. Ruang Hidupku..


Dan aku benci pada pelangi..


wardhana
26 April 2010
20.33


visualimage download from http://janecool.deviantart.com/art/laskar-pelangi-107298016

Kamis, 22 April 2010

untuk malam


pagi menyapa.. Aku terbangun, dan mencoba membangunkannya..
Kulihat dirinya masih tertidur, aku selalu suka memandangnya saat tertidur.. Aku selalu suka dia..
Kutersenyum, memandangnya.. Kuangkat tangannya, dan kupegang erat..

Energiku pagi itu, sebuah aliran cinta untuknya..
Aku memandangnya lagi, dan dia masih dalam mimpinya..
"Pagi"..

Aku mencintaimu sayangku, dengan segala daya yang ku punya..
Aku memang tak sempurna.. Tak seperti bulan yang setia pada malam, dan membuatnya sempurna dalam kesederhanaan..

Dirimu memang malam, dan aku sebatas bulan.. Aku tak mampu bersinar, tapi setiap kesempatan aku bercahaya penuh, akan kubuat banyak orang melihat malam yang sempurna.. Terkadang aku hilang dalam pekat awan hitam..
Namun, kembali Sabit akan tersenyum menemani malam..
Aku mencintaimu sederhana, aku takut pada bintang.. aku takut bintang membuatmu lebih sempurna, dibanding apa yang aku berikan.. aku hanya takut pada bintang.. karena aku sebatas, bulan..

Aku berjanji aku setia padamu, malam..

Rabu, 21 April 2010

dua belas jam lagi..


Pagi berteriak..
Mengagetkan..

Teringat beberapa kejadian sebelum pagi ini datang.. Mataku menerawang, aku sendiri..
Seingatku aku tak sendiri..

Aku hanya ingat bahwa diriku ditemani, diriku menemani, tapi kini sendiri..
Tak ada tanda-tanda aku ditemani atau menemani..

Ruang ini tertawa, menertawakan aku yang hanya duduk dan memandang sekeliling..
Bermimpikah aku? Fatamorgana?
Ucap hati tak sampai ke mulutku, hanya tertahan dalam jantung yang degupnya terus berkerjaran..

Tampak cahaya masuk lewat sela-sela jendela itu..
Menyinariku, dan menyadarkan bahwa aku harus bangun..
Ini adalah siang..

Bersembunyi.. hingga malam datang lagi..

Aku hanya dapat hidup, dalam duniaku..
Malam

Tapi seharusnya memang aku tak mencoba melawan waktu..
dua belas jam lagi, mungkin aku dapat merasa lebih baik..

Poncowati
9.47
22 April 2010

"..dan diapun masuk dengan rambut berantakan dan lepeknya..", aku tertawa dalam hati dan mengajaknya bersabar menunggu waktu..

Jerat..


Aku tak bergeming dan aku membiarkan sebuah icecone meleleh di tanganku..
Tubuhku lunglai, otakku buntu..

KOSONG..

Detik berjalan, menit berganti..
Langit tersenyum indah, berwarna jingga..

Mulut tak berucap..Kata tak keluar..
Tersimpan dalam sebuah hati yag tak mampu berteriak..

KOSONG..

Ku tersadar, ketika dingin lelehan es tersebut menyentuh kulit ini.. Melihat sekitar, tak sama seperti beberapa menit yang lalu.. Puluhan orang berkerumun..
Satu orang dipapah, penuh darah..
Satu koran menutup, satu orang..

Waktu, aku telah berkompromi padamu..
Membiarkan es krimku meleleh..

Waktu, aku telah melangkahi kuasamu..
Tanpa aku tau, hanya kau yang dapat kalahkan aku..

Kosong tak akan mengenal waktu.. Dan waktu tak akan membiarkan kosong mengenalnya..


Poncowati..
21 April 2010
1.44

..sambil melihat malam, yang lelap tertidur..


visualimages checked and download :

Nucturno


Masih terdiam di sudut tempat itu..
Lalu lalang, bagai lalu lintas manusia..

Tak banyak kata, hanya sebuah novel Remy Ferdinand di pangkuan..
Mata tak beranjak dari susunan huruf-huruf alpabeth yang tersusun rapi membentuk sekumpulan kalimat..
Nafas, berderu.. Tangis menetes..
Membuat aku menjadi hampa diruang raung tempat itu..

Lokomotif itu masuk, memimpin serombongan gerbong marun itu..
Suaranya hampir tak terdengar karena jiwa sedang lepas jauh dari raga.. Masuk ke dalam dunia Remy Ferdinand, dunia khayalnya.. dunia nyataku..

Pintu terbuka dan sosok manusia berada di seberang..
Tak sadar menuntunku masuk..

LUNA! aku mengidentifikasi diriku dengan kain yang menempel di tubuhku..
Masih bersanding bersama namanya, tepat di dada..

Sesosok berdiri tegap dan masuk dengan perlahan, membuatku terdiam sejenak sebelum akhirnya tangga itu menuntunku ke dalam..
Kupilih sebuah ruang kosong..
Sebuah ruang yang akan sesak juka diisi lebih dari 2 jiwa..

Memasuki ruang kosong itu, sambil Remy Ferdinand tersenyum sesuai dengan gambar novel itu..

Kembali masuk ke dalam dunia Remy Ferdinand..
Dan kurasa jiwa lain memperhatikan duniaku..
Mengusik! Usik terusik, gerah mengerah..
Tak biasa dan tak nyaman...

Duniaku terbelah..
Remy Ferdinand memintaku tuk menoleh, sesuai dengan berakhirnya bab dalam tulisanya..

Bulan seperti ingin menunjukkan rupanya saat itu..

Namun tak ingin aku menyalahi takdirku.. Bulan hanya dapat menyinari saat gelap..
Dan terangnya menjadi sia ketika melawan takdir, bahwa matahari yang dapat menyentuh dunia ketika siang datang..
Aku bulan, aku malam..

Dan ku setia pada malam..

Luna dan Nucturno, begitulah Remy Ferdinand memberiku nama..


Kedai 24..
Rabu, 20 April 2010
22.06

prologue




Saya bercerita..
Saya berefleksi..
Saya bermimpi..
Saya beranologi..

dan semuanya dalam kehidupan saya.. Hidup adalah inspirasi, dan saya menghargai orang-orang yang selalu setia ada di kehidupan saya..

Saya tidak berpuisi..
Saya tidak bersajak..
Saya hanya menulis.. Itu saja..